KPK GEREBEK ke-6
menyambangi sebuah lokasi wisata budaya di kawasan Cinangneng Bogor.
Kampoeng Wisata Rumah Joglo Bogor namanya. Sebuah lokasi wisata milik
pribadi dengan menonjolkan budaya melalui bangunan maupun kulinernya.
Bangunannya beraksen Jawa dengan rumah Joglo dan ornamen yang kental
dengan budaya Jawa. Sedangkan soal menu kuliner menyajikan menu
nusantara.
15 orang anggota pasukan KPK pada Minggu
16 November 2014, hadir dalam KPK Gerebek ke-6 ini. Ada yang dari Bogor
seperti Dwina, Algiat, dari Cianjur Okti dan Iwan selebihnya dari
Jakarta dan Tangerang, Bu Ernawaty, Novita Maria, Tigor, Astri, Fitri,
Endang, Pak Sutiono, Marla, Yulia Rahmawaty, Sonta Frisca dan saya
sendiri. Gerebek kali ini menjadi gerebek paling jauh yang telah
dilakukan selain Bekasi.
Jadwal acara yang telah saya susun
bersama Mbak Yuyun, pemilik Kampoeng Wisata Rumah Joglo Bogor yang
direncanakan mulai pukul 12.00 WIB terpkasa molor. Pasalnya jalan cukup
macet, tak saya sangka di hari libur Kota Hujan Bogor masih mengalami
kemacetan. Saya sendiri sampai di lokasi pukul 12.40-an WIB. Terbentur
macet di Kebun Raya setelah menjemput Al Giat di terminal. Ditambah di
Jl. Cibanteng juga mengalami hal sama. Sementara teman-teman lainnya
kesulitan mencari lokasi yang memang masuk dari jalan raya. Beberapa
kawan telpon dan SMS bergantian ke saya. Pak Sutiono terpaksa menunggu
di Polsek Dramaga dekat Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga. “Udah
bolak-balik dan tanya orang tak ketemu,” katanya. Makanya dia mending
menunggu saya dan bareng ke lokasi.
Praktis pukul 13.00 WIB lewat acara baru
dimulai. Pertama acara demo masak yang dilakukan di depan salah satu
bangunan di Rumah Joglo, yakni Café Semar. Halaman dengan hamparan
rumput menghijau dan udara yang tak panas, maklum cuaca mendung. Jadi
lumayan bikin lapar dweehh. Untung saya sudah makan sebelumnya di rumah
Bogor.





Sang koki
dari Rumah Joglo langsung bersiap. Menu yang dimasak adalah Gurame
Dabu-dabu ala Rumah Joglo dan Gurame Sambal Mangga. Dua ikan gurame
berukuran cukup besar telah disiapkan. Nampak telah digoreng garing.
Sebesar hampir senampan. Tak lupa bumbu-bumbunya telah disiapkan.
Koki menjelaskan sambil mencampur
beragam bumbu makanan. Ada daun jeruk, bawang putih, gula, garam, cabe,
sere, cabe ungu (cabenya warna ungu) katanya cabe ungu ini lebih pedas
dari cabe merah rawit. Woooww. Eh ada bumbu rahasianya loorr… ssst
bumbunya adalah racikan sendiri koki rumah Joglo, yakni campuran sereh,
jahe yang telah dikeringkan plus garam dan gula. Dicampur menjadi
semacam bubuk halus.

- Hmmm kapan makannya yaa heheee (Ganendra)


Anggota KPK antusias memperhatikan
dan mencatat, khususnya emak-emak yang pada dasarnya demen masak hehee.
Astri, Bu Erna, Bu Marla dan lain-lain sesekali bertanya-tanya cara
pengolahannya. Saya sih memperhatikan sesekali mengambil gambar. Sejak
awal udah ngiler dengan ikan guramehnya heheee.
Tak lama kemudian masaklah sudah Gurame
Dabu-Dabu ala Rumah Joglo. Lanjut kemudian dengan menu Gurameh Sambal
Mangga. Menu ini bumbunya agak mirip dengan sebelumnya cumin ada
tambahan mangga yang diiris-iris tipis memanjang. Aku cicipin mangganya
agak asem, ternyata ada mangga muda dicampur mangga matang. Ada juga
kacang tanah yang digoreng dan dicacah namun tidak halus, ada juga asam
jawa, angsiu. Di samping demo masak gurame, ada demo bikin desert-nya.
Ada tiga macam, yakni Avocado Float, es Salju ala Rumah Joglo, dan Fruit
Punch. Rasanya? Wah aku ga kebagian nyicipin. Kata emak-emak yang
nyicipin rasanya segar. Paling segar dan nikmat adalah Fruit Punch
katanya
.

- Gurame Dabu ala Rumah Joglo (Ganendra)

- Tiga macam yakni Avocado Float, es Salju ala Rumah Joglo, dan Fruit Punch. (genaendra)
Tiga macam yakni Avocado Float, es Salju ala Rumah Joglo, dan Fruit Punch. (genaendra)
Selesai demo masak, hasilnya
langsung dibawa ke café Semar. Di ruang dalam di atas meja besar telah
tersedia menu-menu untuk makan siang kami. Meski jam makan siang dah
lewat heheee. Ada Gurame Dabu-Dabu ala Rumah Joglo dan Gurame Sambal
Mangga, Kangkung Plecing, tahu tempe goreng. Menu sederhana namun
menggugah selera. Tak butuh lama untuk menuntaskan semua menu. Saya
senang ada menu kangkungnya, ini kesukaan saya di samping menu urap.




Ini porsi siapa? coba tebak hehee (ganendra)
Selesai makan siang, acara bebas
berkeliling lokasi sekaligus ditawarin untuk mancing di kolam. Kami
berkeliling sambil dikenalkan beberapa tempat seperti kamar penginapan
oleh pemandu, biaya dan lain-lain. Lokasi menurun dan menjorok ke bawah
tempat kolam renang dan lokasi kolam pemancingan. Wah senang sekali
ditawari memancing gratis. Peralatan sudah disiapkan, namun sayang cuaca
mulai gerimis. Jadi batal dweh pada mancingnya. Gerimis membuat kami
kembali ke lokasi ngumpul di Café Semar.
Acara berlanjut dengan tanya-jawab
dengan Mbak Yuyun seputar sejarah berdirinya Rumah Joglo dan seluk-beluk
lainnya. Sempat ditanyakan awal berdirinya Rumah Joglo menjadi wisata.
Menurut Mabk Yuyun, awalnya hanya berupa rumah makan, lalu berkembang
sedikit demi sedikit menjadi lokasi wisata. Adapun model konsep rumah
Joglo atas saran temannya. Sehubungan dengan banyaknya model Rumah Joglo
di Jawa seputar Solo (asal suaminya), Klaten dan lain-lain. Daya tarik
budaya Jawa inilah akhirnya yang diangkat.
- Ngobrol dengan Mbak Yuyun dari Rumah joglo. (Ganendra)
“Saya ingin anak muda jaman sekarang
tidak melupakan adat leluhurnya, termasuk cucu saya yang sekarang di
luar negeri agar tidak melupakan adat orangtuanya,” jelasnya.
Beberapa kawan KPK menanyakan soal plang nama yang menurut mereka sangat
penting. Soalnya lokasi agak menjorok masuk dari jalan raya. Kenapa
tidak dipasang, agar memudahkan untuk mencarinya?
“Bukannya ga mau pasang yaa, cumin saya
pengennya resmi, papan nama khan bayar pajak. Namun setelah saya urus,
birokrasinya berbelit dan mahal sampai ratusan juta,” kisah Mbak Yuyun.
Memang papan penunjuk jalan ada waktu
setelah masuk ke jalan arah lokasi. Jalan selebar 5 meteran yang
ternyata dibebaskan sendiri oleh pihak Rumah Joglo khusus untuk akses ke
lokasi.
“Yah, kami bebaskan tanah untuk akses jalan yang bisa digunakan juga oleh warga sekitar,” katanya.
Beberapa kesulitan lainnya adalah soal
air bersih dan juga tingkat kesadaran penduduk soal sampah yang masih
rendah. Sungai di sekitar lokasi banyak sampah yang memang dari bungan
rumah tangga. “Ini menyumbang banjir di Ibu Kota juga,” kata Mbak yuyun.
Rumah Joglo sendiri membuka kelas juga
tentang membatik, melukis dan lain-lain bekerja sama dengan Insititut
Kesenian Jakarta. Kebetulan anaknya menimba ilmu di tempat tersebut. Ia
juga memberikan pelatihan membuat barang kerajinan pada warga sekitar.
Ia berharap selanjutnya bisa menginspirasi dan meningkatkan keahlian
yang bisa ditularkan kepada warga melalui edukasi Rumah Joglo.
Lewat pukul 15.00 WIB dalam suasana
gerimis yang mulai turun akhirnya kami berpamitan. Rombongan berpisah.
Dan yang tertinggal hanya Okti dan suaminya yang akan menunggu hujan
reda. Semoga menikmati semuanya. Terima kasih Kampoeng Wisata Rumah
Joglo atas undangannya. Terima kasih untuk tim #KPKGerebekRumah Joglo.
#SalamKenyang (Mas Lahab)
@rahabganendra
Artikel ini ditayangkan juga di Akun Kompasiana milik Penulis, dengan judul= KPK Gerebek: Kampoeng Wisata Rumah Joglo Bogor

- Pada ngapain ini? (Ganendra)
- Lokasinya cocok tuk narsis kek ini hihiii (Dok Novita)

No comments:
Post a Comment