Ini dia Odengnya dah siaap. (Dokpri) |
Terus terang, aku baru pertama kali ini mencicipi menu ‘Odeng’
yang aslinya dari Korea ini. (ndesooo
banget yak). Minggu, 30 November 2014 siang tadi, kali pertama aku beli di
ajang Jakarta Street Food Festival di La
Piazza, Kelapa Gading, Jakarta. Melihat sajian makanan ini di salah satu booth,
mengundang aku bertanya. Kata penjualnya, Odeng semacam otak-otak yang umum
dikenal. Tapi bedanya kalau otak-otak bahan ikannya adalah tenggiri, sedangkan
kalau Odeng adalah ikan tuna.
“Ikan tunanya yang putih,” kata mbak penjual.
Okelah, saya pikir ga ada salahnya mencoba. Lantas aku beli
satu porsi Odeng seharga Rp. 30.000,- Tak menunggu lama karena memang sudah
masak. Aku lihat satu porsi terdiri dari Odeng sebanyak dua buah. Odeng ditusuk
pakai ‘tusuk sate’. Bentuknya memanjang lumayan besar. Sekilas malah mirip
dadar gulung tapi beda warna. Aku meminta untuk dibungkus. Maksud hati mau dibawa pulang soalnya aku sudah kenyang setelah makan menu lainnya sebelumnya. Sampai di rumah, kutaruh Odeng dalam piring dan kuahnya dalam mangkok.
Odeng seporsi isi dua tusuk ini. (Dokpri) |
Odeng lunak, empuk dan sedap. (Dokpri) |
Aku coba cicipin. Empuk dan kenyal aroma ikan tunanya terasa
di lidah. Tak terlalu susah untuk menikmati rasanya. Apalagi ada semangkuk
kecil kuah beraroma ikan juga. Kuah hangat disertai sayuran, kayaknya daun
bawang deh. Enak dan menghangatkan saat kuah itu meluncur melalui tenggorakan.
Swedapppnyaaa.
Kuahnya hangat dan segar. (Dokpri) |
Tak ada kekurangan soal rasa di menu Odeng bagiku. Cita
rasanya tidak membuat kaget, mungkin karena aku pecinta menu sea food. Jadi
soal makan ikan tuna, tidak kaget lagi hehee. Yang menjadi perhatianku kecuali
kuahnya adalah tekstur Odeng yang lunak dan familiar di mulut. Maklum khan menu
Asia juga yaa. Wah jangan-jangan ntar bisa nyaingin menu otak-otak yaaa. By the
way, aku pikir, pasti setiap menu ada penggemarnya tersendiri. Oke. Nikmati hidup dengan ragam kuliner. #SalamKuliner
No comments:
Post a Comment