Walang goreng? Pasti teman-teman
#madyangers sudah tau. Ini jenis makanan olahan walang yang banyak ditemui di
Gunung Kidul.
Sebagian besar kawan-kawan menganggap walang itu kuliner ekstrem. Lhaa... memang jarang banget ditemui. Eh, padahal banyak yang jual online loor, hehehe.
Mereka rerata gak doyan, atau tepatnya merasa aneh makan walang. Meski mereka termasuk gede di kampung alias cah #ndeso juga seperti saya, hahaha, yang tentu punya masa kecil berburu dan makan walang.
Misalnya saja kawan masa kecil sekampungku, Danang, yang ketemu Lebaran kemarin dan kuajak hunting walang/ beli ke daerah Gunung Kidul (banyak dijual di pinggir jalan). Ia cuma nyicipin satu, lalu gak doyan. Yaa itu merasa aneh dan gimana gitu.
Sebagian besar kawan-kawan menganggap walang itu kuliner ekstrem. Lhaa... memang jarang banget ditemui. Eh, padahal banyak yang jual online loor, hehehe.
Mereka rerata gak doyan, atau tepatnya merasa aneh makan walang. Meski mereka termasuk gede di kampung alias cah #ndeso juga seperti saya, hahaha, yang tentu punya masa kecil berburu dan makan walang.
Misalnya saja kawan masa kecil sekampungku, Danang, yang ketemu Lebaran kemarin dan kuajak hunting walang/ beli ke daerah Gunung Kidul (banyak dijual di pinggir jalan). Ia cuma nyicipin satu, lalu gak doyan. Yaa itu merasa aneh dan gimana gitu.
![]() |
Banyak walang dijual di pinggiran jalan, seperti di kawasan Ponjong Gunung Kidul ini. (IG @bozzmadyang) |
Kawan lain, si Dewi Nero, juga kubawain satu toples. Penasaran tampaknya saat kuposting di IG @bozzmadyang, hahahaha. Dia bahkan mengaku butuh waktu lama untuk mengumpulkan keberanian makan walang ini. Widihh...padahal buatku enak loor.
Kalau Mas Kepsek Teguh Hariawan (kawan Kompasianer) seideologi sama aku, demen walang. Hahaha. #walanger
Lalu, kenapa aku suka binatang berprotein tinggi ini?
Yang jelas halal dan tak menjijikkan, terus enak saja saat dimakan. Rasanya gurih (suka goreng, ga suka bacem). Dan aromanya itu loor, khas walangnya. Secara aku demen makanan beraroma kuat seperti jengkol, pete, duren, dan sate wedhus.
Terus walang yang digoreng dengan baik, itu crispy, renyah. Seluruh bodi walang bisa dimakan semua. Lhaaa... dagingnya sedikit, termasuk kepala. Tentu sudah dibuang sayap dan jeroannya. Cuma, suthang (kaki bagian bawah yang ada geriginya) yang malas saya makan. Nylilit, meski gurih juga. :)
Sooo, kalau kamu belum pernah nyoba, cobalah.... tapi hati-hati bila alergi.
Ada walang dari Gunung Kidul,
walangnya gede-gede. Pernah juga beli online walang Majalengka,
walangnya kecil-kecil (cucu walang kalee yaa) hehe. Tapi justru bisa
dimakan semua tanpa sisa. Enak juga.
![]() |
Ini walang dari Majalengka, beli online. (IG @bozzmadyang) |
Tapi hati-hati menikmati kuliner
ini. Soalnya gak semua orang cocok loorr. Soo gimana menikmati dan memilih
walang. Ini tipsku.
1. Bila kamu baru pertama nyicipin
walang, jangan langsung banyak makannya (1 toples). Sedikit dulu, menunggu
reaksi tubuh. Hehehe. Kebanyakan ada yang alergi. Kadang badan akan terasa
panas.
Aku dulu pertama kali juga begitu, badan panas setelah ngabisin
satu toples. Namun, itu akan hilang dengan sendirinya dalam durasi jam. Kalau
sekarang sudah nggak panas meski abis 2 toples. Mungkin tubuh sudah
'ngenok'. Beradaptasi.
![]() |
(foto @bozzmadyang) |
2. Pilih yang goreng saja. Lebih crispy. Biasanya ada rasa gurih, manis, pedas, dan bacem. Aku sih jelas pilih gurih. But sesuai selera kalian deh.
3. Kalau beli walang, sebaiknya yang
sudah bermerek. Merek itu tanda keseriusan jualan. hehehe Merek Pak Heri dan
Marvel yang dijual di Gunung Kidul menurutku oke. Lebih aman seh beli di toko
oleh-oleh, bukan di pinggiran jalan.
Pengalaman pahit, lebaran kemarin
pernah beli walang di pinggiran jalan kawasan jalan menuju Pantai Kukup,
Gunkid, walang toples tanpa merek. Walangnya kurang crispy. Sudah begitu, dasar
toples dilapisi karton yang menggembung. Ini mengurangi takaran/jumlah
walangnya. Mengurangi timbangan ini. Dongkol sedikit, sih.
![]() |
Walang bermerek. (IG @bozzmadyang) |
4. Biasanya, walang yang diolah adalah walang kayu. Aku perhatikan, walang yang berwarna coklat terang dan ekornya gak terlalu lancip seperti bercabang itu lebih enak. Tapi biasanya, gak banyak jumlahnya dalam satu toples. Aku gak tahu apa itu walang betina atau jantannya, ya.
Dah, itu saja sih. Sooo...met nyicipin walang #madyangers! :)
#myfoodmygood
IG/Twitter @bozzmadyang
Tulisan ini ditayangkan juga di akun
pribadi Penulis di www.selasar.com