Secangkir Kopi Stamina, CNI Ginseng Coffee

 

NGOPI itu dekat dengan pria. Ngopi itu sosialisasi. Ngopi itu persahabatan. Ngopi itu asyik. Ngopi itu gaya hidup. Ngopi itu…Sehat!

Sederet makna dari aktivitas ‘ngopi’ mewakili apa pun. Bagi pecintanya #coffeelover, secangkir kopi itu berjuta makna. Bagiku ngopi itu mendatangkan rasa gembira. Bersemangat dan membuat momen menjadi berbeda.

Ngopi membuat bersemangat dan lebih aktif, seperti yang konon dilihat oleh Kaldi seorang penggembala kambing abad 8 Masehi. Kisah yang sering disitir, tentang kambingnya yang aktif bergerak selepas mengkonsumsi cherry dari pohon kopi.

Ngopi alias minum kopi biasa dilakukan di pagi atau pun malam hari. Meski sebenarnya bebas-bebas saja dan tak terpancang oleh waktu.  Bersyukur bahwa negeri ini kaya akan khasanah kopi. Dari Sabang sampai Merauke, tumbuh kopi-kopi yang memberikan cita rasa beragam.

Produksi kopi dalam negeri sebesar 250.000 ton/ tahun menempatkan negeri kita sebagai negara eksportir kopi no 4 terbesar di dunia, di bawah Amerika, Brazil dan Jerman. 

Banyak kopi pilihan yang bisa dinikmati. Yang populer tentu kopi instan. Namanya juga instan, jadi lebih simple dinikmati, cepat dan gak ribet. Kembali ke selera tentunya.  Sedemikian simplenya membuat popularitas kopi instan merambah semua wilayah di tanah air. 

Salah satu racikan yang mengangkat kepopuleran kopi adalah jenis racikan kopi ginseng. Kopi ginseng atau Ginseng Coffee dihadirkan oleh CNI dengan racikannya CNI Ginseng Coffee sejak 1994. 23 tahun lamanya, menjadi pioneer varian kopi ginseng pertama di negeri ini. 

Secangkir Ginseng Coffee

Kopi dikenal  memiliki banyak manfaat. Diantaranya dapat menstimulasi otak dan sistem saraf. Menurut Saptawati Bardosono, pakar gizi, Universitas Indonesia kafein yang terkandung dalam kopi mampu merangsang sistem saraf pusat, sehingga seseorang bisa berpikir cemerlang, tidak mengantuk dan konsentrasi tetap terjaga. 
Ginseng Coffee. (foto Bozzmadyang)
Kopi juga mampu mengurangi derita sakit kepala. Kafein dapat mempersempit pembuluh darah ke otak (vasokonstriksi), sehingga pelebaran pembuluh darah di daerah otak yang menjadi penyebab sakit kepala, bisa ditanggulangi.  Kopi berkhasiat melegakan nafas pada penderita asma, dengan cara melebarkan saluran bronkial yang menghubungkan kerongkongan dengan paru.

Kopi juga memiliki kemampuan menangkal radikal bebas. Kopi banyak mengandung antioksidan yang bermanfaat dalam membantu tubuh membuang zat-zat radikal berbahaya dan molekul perusak sel serta DNA, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit kanker atau jantung.  Selain itu kafein membuat badan tidak cepat lelah.  

Sementara Ginseng sudah lama dikenal berkhasiat, seperti mengurangi stres mental, merangsang sistem kekebalan dan saraf, mengobati diabetes, mencegah perkembangan kanker, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi kelelahan, serta meningkatkan daya tahan tubuh. 

Merilis Mediakom yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI, ginseng berkhasiat sebagai antikanker, antistres, antipenuaan, menguatkan fungsi jantung, mengatasi impoten, diabetes, pendarahan di luar haid, kelelahan kronik dan lain-lain.  

Soo, dapat dikatakan perpaduan dari kopi dan ginseng berkhasiat menambah stamina, meningkatkan kesehatan tubuh. 

CNI Ginseng Coffee 

CNI Ginseng Coffee adalah minuman serbuk kopi instan bermutu dengan ginseng. Dalam kemasan sachet, Ginseng Coffee seberat 400 gram terbagi menjadi 20 sachet. Masing-masing sachet @20 gram. CNI Ginseng Coffee dipasarkan CNI sejak 1994. Tak heran CNI sebagai pioneer kopi plus ginseng.
CNI Ginseng Coffee. (Dok CNI)
 Selama kurang lebih 23 tahun produk CNI Ginseng Coffee dipasarkan, CNI secara terus-menerus menjaga formulasi dan kualitas produk untuk meningkatkan loyalitas konsumennya. Kualitas keunggulan CNI Ginseng Coffee masuk dalam survey TOP Brand 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017 untuk kategori kopi ginseng. Ini jelas mengindikasikan kualitas bermutu produknya. 

Untuk pemasarannya CNI menerapkan sistem MLM. Cara ini memperkuat merek sangat mengandalkan pemberdayaan dari anggotanya sendiri.  

Nah untuk selengkapnya Anda bisa mengenal lebih jauh CNI Ginseng Coffee dan produk-produk CNI lainnya di situsnya www.geraicni.com. 

Jadi, bagi Anda yang ingin menikmati secangkir kopi yang Nikmatnya Asli tak Tertandingi, pastikan Anda mendapatkannya dalam racikan CNI Ginseng Coffee. Selamat mencoba!

@bozzmadyang 

Jelajah Gizi Malang, Jelajah Menjaga Eksistensi Kuliner Warisan Negeri (3)



Ditantang Masak Rawon Steak ala Chef Revo, Siapa Takut!

Steak Rawon? Ya, itu menu belum ada di dunia hahaa. Soalnya baru diperkenalkan oleh Chef Revo, finalis Junior Masterchef season 1! Meski baru berusia 14 tahun, welaah, wawasannya soal masak memasak jangan ditanya, luass! 

Nah Revo unjuk gigi dengan demo masak menu yaitu Apple Salad, Rawon Steak dan juga bikin minuman Lemon Teleng Tea. Apple Salad ini jenis olahan apel manalagi. Dibuat sedemikian rupa menjadi menu sehat kaya sayuran dan buah. 
Chef Revo demo masak. (foto: bozzmadyang)
Nah yang seru adalah demo Rawon Steak. Menu original karya Revo yang memadukan ala Barat dan Indonesia. Daging sapi menjadi bahan utama. Berbumbu local khas rawon yang dipadu dengan kluwak! Ya kluwak yang berbentuk bulat berkulit keras. Aku mesti membantingnya di lantai semen saat demo masak tim. Kok buat bumbu sih ya?

“Kluwak ini bisa menjadi antioksidan. Baik untuk tubuh,” jelas Prof. Ahmad yang setia menjelaskan nutizi dan gizi bahan makanan selama Revo demo masak.  

Ditutup dengan minuman sehat dan menyegarkan Lemon Teleng Tea. Minuman yang dipadu dnegan bunga Teleng yang berkhasiat antioksidan juga. Warna bunganya cantik, kebiruan, warna favoritku hehee. 
(foto: bozzmadyang)
Menyimak demo masak Chef Revo, khususnya Rawon Steak dengan racikan bumbu/ rempah local menjadi menarik. Setidaknya racikan bumbu itu menjadi kunci masakannya, tidak menggunakan penyedap rasa. Masakan dengan racikan rempah-rempah itu khas dan ciri masakan nusantara.

Melongok Industri Tempe, Kampung Tematik Desa Sanan

“SANAN, Sentra Industri Tempe dan Keripik Tempe,” itu tulisan terpampang jelas di gapura masuk Desa Sanan, yang aku lihat. 

(foto: bozzmadyang)
Desa wisata tematik, Desa Sanan menjadi tujuan jelajah Gizi Malang. Bagiku mengunjungi industry pembuatan tempe menjadi pengalaman yang berharga. Dipandu oleh Pak Arif, kami berkesempatan mengenal proses pembuatan tempe, kripik tempe. Ternyata pembuatan tempe cukup berliku dan butuh pengalaman. Di sini juga aku tau bahwa limbah tempe diolah menjadi pakan ternak.

Melihat bagaimana kedelai dicuci, dihamparkan setelah dikasih ragi tempe, hingga tempe dipotong tipis-tipis diolah menjadi keripik aneka rasa. Ada proses peragian dengan menggunakan ragi khusus. Ternyata tak sembarang ragi dipakai, untuk mendapatkan tempe yang berkualitas. Tempe yang tak mudah sobek saat digoreng (maklum mesti dipotong tipis) dan bercita rasa enak. 

Takjub juga melihat proses pemotongan tempe tipis-tipis dengan cara manual! Kudu berpengalaman agar bisa melakukannya. Meski ada juga proses yang dilakukan dengan menggunakan mesin. Namun cara manual juga masih banyak diterapkan.

(foto: bozzmadyang)
Untuk dibuat keripik, tempe cukup digoreng kering. Ada bermacam rasa. Namun dijelaskan bahwa favorit tetaplah rasa original alias asli. Itu yang kurasakan saat mencicipi tempe keripik yang baru habis digoreng. Renyah dan gurih. Eh lumayan juga sih dibawain satu kotak aneka rasa keripik tempe, buat oleh-oleh rekan kantor deh. Hehehee.

Pembuatan tempe dan keripik dilakukan ‘rumahan’ oleh warga Sanan. Berbeda-beda kemampuan mengolah dalam seharinya. Ada yang mencapai ratusan kilogram bahkan hingga ukuran ton. Hasil dari industry tempe itu terlihat dari infrasturktur jalan yang bagus, dan rumah-rumah yang tertata bagus. 
Meski pasaran masih local, namun industri tempe Sanan ini tak kesulitan di pemasaran. Nama yang populer turut menetukan.  Dan pastinya banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Sanan, gegara tempe! 

Dari Cwie Mie Malang Hingga Sop Buntut di Taman Indie  

Tak bosan menikmati menu berkuah hangat Cwie Mie dan Sop Buntut ala kuliner Malang. Kali ini menikmatinya di Taman Indie. Ini resto yang etnik dengan ornamen kayu yang kental budaya Jawa. Dua menu yang mendampingi menu ala khas Malang lainnya.  Makan malam yang tetap berkhas Malang ini menjadi menu di malam terakhir Jelajah Gizi Malang. Esoknya kami akan kembali ke ibukota dan lainnya. 
(foto: bozzmadyang)
Praktis malam itu acara diisi ringan dengan games, tebak makanan dalam kotak. Makanan yang hanya bisa dikenali dari bentuk dan baunya. Juga games mengambil bahan makanan dengan sumpit di atas kereta mainan yang berjalan. 
Diakhiri dengan pengumuman pemenang untuk Instagram Competition, Tim Terbaik, Peserta teraktif dan lainnya. Syukurlah aku kebagian menjadi pemenang di Photo Instagram Competition.  Malam yang indah!

Pelangi Cerah di Jodipan

Minggu, 15 Oktober 2017. Pagi cerah dari Hotel Ijen Suites, tempatku menginap. Hari ini hari terakhir di Malang. Pagi itu aku lebih banyak minum jamu yang tersedia di resto Hotel Ijen Suites. Jamu Beras Kencur dan Kunyit Asem. Itu jamu kesukaanku, yang terbiasa kuminum sejak kecil. 

Jam 08.00 wib, bus beranjak dari hotel. Jodipan, tujuannya. Itu kampong yang lagi ngehit belakangan ini. Kampung yang berwarna-warni dilihat dari kejauhan. Atap, genteng, dinding dicat dengan aneka warna terang. Seperti melihat Pelangi di Jodipan.
(foto: bozzmadyang)
 “Hai, ojo buang sampah nang ngisor, iso keno sirahku,” teriak seorang nenek di bawah. Kira-kira nenek itu bilang  jangan buang sampah sembarangan ke bawah, bisa terkena kepalanya.

Itu yang kudengar saat meniti jembatan naik menuju jembatan kaca. Memang sebaiknya tidak selayaknya pengunjung mengotori kampung yang dijaga kebersihannya. Pasalnya banyak wisatawan yang datang.  

Seperti Minggu itu, aku dan peserta Jelajah Gizi Malang lainnya mesti antre di jembatan kaca. Jembatan Kaca yang baru diresmikan awal Oktober 2017 ini, berkapasitas 50 orang. Jembatan di atas sungai itu membagi kampung menjadi dua, yakni kampung Tridi dan Kampung Warna-warni. Pengunjung dikutip Rp. 2000 saat lewat jembatan. 
(foto: bozzmadyang)
Kampung Wisata di Kota Malang, Jawa Timur ini berlokasi di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Dulunya adalah permukiman kumuh, seperti umumnya perkampungan pinggiran sungai.
Masalah utama adalah sanitasi. Hingga kemudian muncul ide konsep kampung warna warni. Ide yang diamini oleh warga kampong dan hadirnya sponsor cat. Lokasi dengan rumah dan genting yang dicat bak warna pelangi ini banyak dikunjungi wisatawan. 
Seperti akhir pekan ini saat aku ikut #JelajahGiziMalang 2017, pengunjung berjubel blusukan lewat gang-gang sempit yang sarat mural berbagai ragam di Kampung Tridi. Spot untuk foto-foto banyak banget dengan aneka tema mural. Ada tembok besar China, Wayang, Singa dan lain-lain.

Sementara di Kampung Warna-warni lebih berornamen hiasan di sepanjang gang. Rumah dan dinding tentu saja diwarnai dengan warna terang. Lumayan bersih di sepanjang jalur dari Jembatan kaca hingga naik ke jalan raya.
(foto: bozzmadyang)
Wajah kampong Tridi dan Kampung Warna-warni selayang pandang memberikan perubahan. Khususnya wajah kumuh kampong pinggiran sungai menjadi lebih indah. Dan tentunya akan memotivasi warga terlebih bisa mendatangkan dana yang bermanfaat bagi kampong mereka. 

Tentunya harapan warga bisa menjaga kebersihan yang ditunjang dengan perawatan sarana dan prasarana maka akan lebih berdampak baik bagi mereka. Otomatis wajah Malang juga turut terdampak positif. Tentu perubahan wajah itu semakin baik bila diikuti dengan habit warganya tentang perilaku sehat dalam keseharian, seperti menjaga sungai tidak digenangi sampah. 

RM Inggil, Antara Rumah Makan dan Museum Budaya 

Makan siang hari terakhir di malam, special. Itu menurutku mengingat pilihan tempat yang etnik dan berbudaya banget. RM Inggil Malang. Sebuah rumah makan yang tak biasa. Ada museum di depan rumah makan. Unik. Desain museum dengan aneka lukisan, pernik topeng, telepon jadul, kaset pita dan lain-lain.

(foto: bozzmadyang)

(foto: bozzmadyang)

(foto: bozzmadyang)
Menikmati menu di sini tentu berbeda dengan balutan aroma nuansa tempoe doeloe yang kental. Pilihan lokasi yang sangat berkesan untuk rumah makan ini. 

Jelajah Gizi Malang adalah Catatan Berharga 

Tak kupungkiri waktu 3 hari 2 malam turut dalam acara Jelajah Gizi Malang adalah pengalaman berharga. Bagaimana pun banyak member wawasan baru tentang khasanah kuliner Malang dan destinasi wisatanya. Juga mengenal lebih dekat peran masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kampung Sanan dan Jodipan, itu inspiratif. Bisa menjadi contoh bagi desa lainnya di tanah air. 

Kehidupan yang diciptakan dengan konsep kampong tematik, industry tempe dan kampong wisata membawa perubahan yang positif bagi warganya. Sementara kuliner Malang yang khas dan lestari oleh para pelaku usaha kulinernya tentu menjadi catatan tersendiri. Bahwa siapa pun bisa berperan serta dalam menjaga eksistensi kuliner warisan budaya negeri, dengan masing-masing cara. 
(foto: dadangtrippo)
Termasuk aku sebagai bloger, food bloger, bertanggungjawab turut serta menjaga lestarinya kuliner melalui tulisan. Paling tidak aku bisa mengajak kawan-kawan bloger di Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana untuk lebih aktif menuliskan tentang kuliner nusantara. 

Menuliskannya, membingkainya, merekamnya, mendokumentasikannya dan menyebarkannya. Harapannya bisa semakin bermanfaat dan turut melestarikan kuliner tradisioanal agar tetap bertahan di tengah gempuran kuliner dari mancangera.

Itu yang aku petik dari partisipasi di jelajah Gizi Malang. Aku berkewajiban menjaga eksistensi kuliner warisan negeri bersama siapa pun yang memiliki kepedulian yang sama. Aku punya  kesempatan mencatat dan memiliki sejarah, melalui budaya kuliner. Semoga. 

Terima kasih kepada Danone  dan Nutricia SariHusada untuk kesempatan turut menjelajahi kuliner Malang di Jelajah Gizi ke 5, Jelajah Gizi Malang. Semangat!
@bozzmadyang

Tulisan ini ditayangkan juga di www.sarihusada.co.id dengan judul: Jelajah Gizi Malang, Jelajah Menjaga Eksistensi Kuliner Warisan Negeri (3)

Jelajah Gizi Malang, Jelajah Menjaga Eksistensi Kuliner Warisan Negeri (2)


Klasiknya Museum Angkut dan Kuliner Pasar Apung

“Bu lihat kemari Bu,” kataku sambil membidikkan kamera ke Ibu Ning, penjual Putu Tegal & Rangin Surabaya di atas perahu kecilnya, di Pasar Apung, Museum Angkut, Batu, malang. 

Itu momen saat hari jelang gelap ketika langkah kakiku dan peserta Jelajah Gizi Malang tiba di Museum Angkut. Pertama kali aku menginjak lokasi  museum transportasi dan tempat wisata modern yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur ini. 
Bu Ning. (foto bozzmadyang)
Temaram lampu yang menyala di sana sini, membuat petang itu seperti berpesta. Perahu-perahu kecil menawarkan dagangan kuliner. Kuliner khas tradisional. Beraneka ragam.

Seorang gadis penjaja akesoris tersenyum saat aku minta berpose dan kujepret sebelum aku masuk pintu De’ Topeng. Dipandu langsung oleh sang pemilik museum yang ternyata museum dibangun berawal  dari kegemarannya mengumpulkan barang-barang kuno. Bersama sang istri, kisah-kisah di balik benda-benda bersejarah ini begitu menarik. 
(foto bozzmadyang)
Menarik menyusuri museum De’Topeng berasa menyusuri masa lalu. Betapa tidak, aneka benda-benda bersejarah, uang logam, patung batu, batik, budaya adat, dan lainnya. Patung Ganesha mengingatkan masa-masa kejayaan kerajaan. Begitu pula dengan koin logam, ataupun serat-serat tulisan dengan menggunakan getah pohon. Ada patung Loro Blonyo, berbusana pengantin Jawa.
(foto bozzmadyang)
(foto bozzmadyang)

(foto bozzmadyang)

(foto bozzmadyang)

(foto bozzmadyang)
Sensasi tak kalah seru, saat aku masuk ke museum angkut dengan beragam sarana transportasi dari berbagai negara. Beragam moda transportasi, motor, mobil kuno, kereta, sepeda gowes mengisi ruangan museum. Di sinilah aku bisa melihat beragam transportasi dari tradisional sampai modern. 

Berasa di Kota Batavia tempoe doeloe saat masuk ke Zona Sunda Kelapa dan Batavia. Lampion, lampu, dagangan rokok, pelabuhan, pedati dan alat transportasi tradisional membuat seperti di kota Jakarta tempoe doeloe. 
(foto bozzmadyang)
Di zona lain, sempat blusukan ke zona Gangster Town and Broadway Street. Ini kota para gangster. Dengan transportasi motor mobil dan motor yang unik cenderung seram. Kayak sedang lihat acting film saja di sini. Klop dengan para pemerannya. Kota juga dinaungi lampu-lampu layaknya kota Gangster. Seram namun seru!
(foto bozzmadyang)

(foto bozzmadyang)

Sayang tak banyak waktu yang tersedia. Hari sudah malam. Aku dan teman satu tim yang dibentuk saat di perkebunan Kusuma Agro Wisata, dengan nama tim “Menjes’ harus menyelesaikan tugas, yakni photo di patungnya manusia hijau ‘Hulk’. Lumayan pusing juga nyarinya yang ternyata dekat dengan pintu akhir. Tugas selesai.

Pasar Apung menjadi blusukan berikutnya, saat tugas mencari 3 macam jenis makanan harus ditunaikan. Sukses deh. Meski kami lupa memfotonya, karena faktor lapar. Hahaa. 

Malam Eksotis di Pupuk Bawang  

“Wah kita nginep sini saja, pemandangannya keren,” kataku saat makan malam di Resto Pupuk Bawang kepada Prof Ahmad yang semeja. Tapi udaranya dingin eeuyy, karena terbawa angin yang berhembus.

Duduk di bantalan sambil leyeh-leyeh sekaligus ngobrol dengan Prof Achmad. Sembari bolak balik mengambil makanan yang terhidang, khas Malang pastinya. Menu yang menghangatkan, ada bakso bakwan malang, dan wedang angsle. Untuk menambah energy ada rawon. Yang menarik perhatianku adalah sempol ayam. 
Sempol. (foto bozzmadyang)
Ini jenis jajanan street food, abang-abang alias pinggiran jalan yang lagi ngehits. Rasanya enak. Dinikmati dengan saos. Biasa dijual di alun-alun Malang Rp. 2000an. Saking enaknya (atau laagi pengen apa ya) saat ke hotel, tempat menginap, aku bawa beberapa tusuk. Puas deh.

Tentu jajanan Sempol ini menjadi bagian kuliner tradisional yang merakyat. Dijual bebas di alun-alun atau pun pinggiran jalan. Khasanh kuliner yang memperkaya budaya negeri.

Jambu Luwuk Resort Bernuansa Pegunungan bak di Luar Negeri

Jambuluwuk Resort, Batu itu tempat peserta Jelajah Gizi Malang menginap. Lokasinya oke. Penginapan dengan nama-nama kota. Aku di penginapan Jogjakarta, yang lain ada Semarang, Solo dan lain-lain. Datang saat malam jadi kami tak sempat menikmati suasana, ditambah badan yang lumayan letih.

Sabtu 14 Oktober 2017. Paginya, ternyata kawasan itu indah banget. Jauh memandang Gunung Arjuna seperti menyapa Selamat Pagi. Hawa khas pegunungan terasa, kuhirup dalam-dalam hingga paru-paru terasa penuh. Kuhembuskan, kuhirup berulang-ulang.  Aku menjepret agungnya Gunung Arjuna dan mengunggahnya di Instagram. Komentar dari kawan menyadarkanku, bahwa tempat ini bak di luar negeri!
(foto bozzmadyang)

(foto bozzmadyang)
Berlanjut sarapan. Sudah pastiu menu ala Malang terhidang. Aku gak biasa sarapan pada jam 07.00 wib seperti pagi itu. Jadi ketela dan bubur sumsum jadi menu sehatku ditemani dengan jus. Cukuplah. Suasana teras nyaman memanjakan mata dengan pemandangan alamnya. Gunung Arjuna tetap menawan di kejauhan. Pohon menghijau di kejauhan. Sementara irama senam pagi yang entah dimana, terdengar sayup dari bawah. Pagi yang sempurna!

Namun aku mesti beranjak, jam 08.00 wib jadwal jelajah destinasi berikutnya. Semangat pagi!

Surga dan Neraka di Coban Rondo   

Olahraga pagi ala Jelajah Gizi Malang, ya nge-games. Aneka permainan yang dikemas menarik bikin riang dan tertawa.  Ada tebak nama makanan hanya dengan icip-icipp. Bersama tim Menjes, meski gak bener semua namun bisa nebak beberapa. Dari icip-icip 5 makanan, 2 meleset. Jenang Apel, Brem, adalah diantaranya yang ketebak. Ada games nutrisi, terus berlanjut bermain Treasure Hunt di Labirin.

Wah ini susah juga karena ada 4 clue yang harus dicari dan ditemukan. Aku yang bertugas di menara memberi petunjuk jalan. Sesuai kesepakatan tim Menjes,kode kanan adalah telunjuk satu (surga). 
(foto bozzmadyang)
Kode 2 telunjuk adalah ke kiri (neraka). Terus 3  jari adalah lurus, dan 4 jari adalah mundur. Susah juga karena kadang tim gak kelihatan di gerumbul tanaman yang tingginya melampaui mereka. Maafkan kawan, aku sempat bingung ngarahinnya! But sukses deh bisa menemukan 4 clue.

Nah clue itu ternyata untuk menebak sebuah profesi yang misterius. Mumet dan bikin pening. Meski akhirnya nebak jawabannya adalah Marketing!

Games berikutnya ini menurutku menarik. Menghias ban dengan tanaman. Ini ada pesan moral untuk mencintai tanaman, mempercantik dan memotivasi dengan yang hijau-hijau. Jadi ada ban mobil bekas yang bebas di cat warna warni. Lalu aneka tanaman ditaruh di tengahnya. Dibuat seperti taman kecil, secantik mungkin. Semua games itu dinilai secara tim dan diakumulasikan untuk akhirnya bisa ditentukan pemenangnya. 
(foto bozzmadyang)
Spicy Enthog Aceh Dancok

Makan siang mampir di Daun Coklat alias Dancok yang berada di seberang area labirin. Gak jauh. Menu Enthog Aceh ala Dancok menggoda banget. Warna kecoklatan pekat dengan potongan dagingnya menarik perhatianku. Apalagi lama gak pernah makan daging enthog. 

Bagiku menu ini special, karena jarang makan ginian. Selain itu ada minuman es coklat yang  ‘nendang’ dan menyegarkan. 

(foto bozzmadyang)
Rindang di Dancok. (bozzmadyang)

(bozzmadyang)
Suasana yang menarik di Dancok ini bukan hanya menunya, namun area lokasi yang berupa lereng dengan pepohonan tinggi menjulang.  Cahaya matahari mengintip di sela-sela dedauanan. Spot cantik untuk selfie dan welfie disediakan. Diantara pepohonan dibangun fasilitas ayunan dan tempat menikmati alam di kejauhan berbahan kayu. 

Udaranya sejuk menyegarkan. Dan memasak di lokasi ini semakin membuat seru acara.

@bozzmadyang

Tulisan ini ditayangkan juga di www.sarihusada.co.id dengan judul: Jelajah Gizi Malang, Jelajah Menjaga Eksistensi Kuliner Warisan Negeri (2)

Jelajah Gizi Malang, Jelajah Menjaga Eksistensi Kuliner Warisan Negeri (1)


KEKAYAAN khasanah kuliner nusantara begitu beragam. Dari Sabang sampai Merauke terhampar aneka kuliner warisan leluhur, karya cipta budaya asli Indonesia. Gaungnya terdengar hingga pelosok sudut-sudut negeri seberang.

Negeri “Gemah ripah loh jinawi” adalah gambaran yang merasuk dalam setiap kalbu warga. Menjaga kelestariannya sama artinya dengan menjaga identitas bangsa. Kultur budaya yang harus dijaga hingga tak punah ditelan zaman.

Kuliner tradisional  adalah komponen pembentuknya. Antara seni racikan, kearifan local dan gizi alami yang adiluhung, penting dijaga untuk anak cucu.

Salah satu aksi menjaga kuliner tradisional  itu adalah ajang Jelajah Gizi Malang yang digelar oleh PT Danone Indonesia pada 2017 dan digagas Nutricia Sarihusada. Bagiku aksi itu sangat bermakna luas dan mendalam tentang  eksistensi kuliner warisan negeri.

‘Nguri-uri’ kebudayaan lewat kuliner, mengenali, menelisik, dan menjaga gaungnya tetap nyaring di bumi nusantara hingga mancanegara. From local to international. Dan menjadi bagian dari aksi Jelajah Gizi Malang pada 13-15 Oktober 2017, bukan saja ada rasa bangga yang kurasakan, namun juga kesempatan untuk berperan dalam menjaga eksistensi Kuliner Warisan Negeri.

Peserta jelajah Gizi Malang. (dok NUB)

Di ajang Jelajah Gizi Malang yang melibatkan bloger dan media itu, merupakan  program edukasi mengenai gizi, memperkenalkan keanekaragaman makanan khas daerah, sejarah dan budaya yang melatarbelakanginya. Selain itu juga belajar proses pembuatan hidangan daerah, hingga nilai gizi yang terkandung di dalamnya.

Itulah mengapa dihadirkan pula ahli gizi yang turut dalam kegiatan ini, Prof Ir Ahmad Sulaeman MS, PhD. Profesor yang humble dan suka ngocol ini memberikan banyak wawasan tentang nilai gizi kuliner di Jelajah Gizi Malang.

“Mengenal, menjaga identitas bangsa melalui icip-icip kuliner tradisional. Mengenal gizinya. Itu yang bisa kita lakukan dalam jelajah gizi ini,”
itu ujaran yang kurekam di benak dari Prof Ahmad Sulaeman yang akrab dipanggil Prof ini saat kami menikmati makan siang di Rumah Makan Inggil, Malang.

Soo, lebih lengkapnya simak ceritaku selama 3 hari 2 malam menjelajah destinasi wisata dan kuliner yang menjadi kebanggaan warga Kota ‘Ngalam’ ini. 

Salam Selamat Datang dari ‘Pipis Kopyor’

Malang, kota di Jawa Timur yang populer dengan destinasi wisata dan kulinernya, selalu membuat terkesan, untukku. Selalu ada yang berbeda di kota ‘Ngalam’ ini. Itu yang aku rasakan saat roda-roda pesawat yang kutumpangi menyentuh landasan Bandar Udara Abdul Rachman Saleh, Malang pada Jumat 13 Oktober 2017 sekira pukul 10.00 wib.

Ada yang berbeda kali ini. Aku tidak sendiri. Aku bersama rombongan #JelajahGiziMalang 2017. Aku yang terpilih dari Jakarta sebagai peserta yang mendapat mandate untuk menjelajah kuliner dan destinasi Malang bersama 10 rekan Bloger dan puluhan wartawan.

Aku terpilih setelah lolos seleksi kompetisi Jelajah Gizi Malang di Instagram. Soto Susu Betawi yang aku posting terpilih. Bukan kebetulan, aku sertakan menu Soto Susu Betawi itu, setelah sebelumnya aku liputan kuliner di Warung Soto Susu Betawi di Kawasan Meruya Ilir Jakarta Barat.

Malang menuju Batu. Batu, itu kawasan wisata yang beken sejak lama. Impian pecinta hawa pegunungan. Hawa sejuk, banyak destinasi wisata, aneka kuliner menjadi merek kawasan yang bernaungkan Gunung Arjuna itu.

Aku sudah membayangkan kenyamanan dan pemandangan yang eksotisnya, sejak bus menyusuri jalan dari Malang ke Batu. Apalagi lembut  manis ‘Pipis Kopyor’ mengantarkan pada gerbang pertama mulusnya mencicipi kuliner asli malang!

Ya rasa manis olahan beras ketannya, seakan mengatakan “Salam selamat datang’ kepadaku, untuk 3 hari 2 malam di kota yang sering disebut Swiss kecil di tanah Jawa ini.

Kecupan Etnik Warung Khas Jawa

Durasi 1,5 jam perjalanan, hingga Batu tak terasa. Bus terparkir tak jauh dari Warung khas Jawa di Jl. Diponegoro, Kota Batu Malang. Siapa yang tak mengenal warung yang menyediakan puluhan menu tradisional Jawa ini.

Warung yang nampak sederhana ini menjadi ‘ampiran’ banyak orang. Warung tak pernah sepi. Nilai plus warung ini diakui oleh orang nomor satu negeri ini, Presiden RI ke 7, Joko Widodo. Ya, warung ini langganan Jokowi saat ke Kota Batu! Jokowi mampir di warung ini karena ada olahan masakan Solo, yang mengingatkan kepada masakan ibunya.

Saat aku melangkah masuk warung yang tak sedemikian lebar namun memanjang ke dalam. Langsung disambut etalase kaca berisi aneka ragam menu warung yang dibuka sejak 1985 silam oleh pemiliknya Sukarli Arif. Pria yang usianya 75 tahunan itu, merintis usaha kuliner belajar dari racikan sang ibu. Maklum saja Sukarli adalah alumni jurusan elektro.
Sukarli. (foto bozzmadyang)

Etalase yang seakan menyapa ramah, beraneka rupa. Semua kuliner tradisional, dan lebih spesifik ke masakan Jawa Tengah.  Aku melihat gudeg, rawon, sup buntut, opor ayam, urap sayur, soto babat, nasi Bali dan lainnya.

Ada satu lantai di atas. Lumayan luas. Di situlah para peserta Jelajah Gizi Malang berkumpul. Di situ pula aku mengenal lebih jauh soal  dua gorengan yang sulit kutemui di belahan kota lain. Mendol dan Menjes!
Mendol dan Menjes. (foto bozzmadyang)
Penganan yang sekilas mirip tempe, keduanya memang  keduanya terbuat dari kedelai.  Menurut Pak Sukarli, mendol terbuat dari tempe yang dihancurkan,  diolah sedemikian rupa diberi campuran jeruk nipis dan cabai. Lalu adonan tempe itu dicetak lonjong dan digoreng hingga kering.

Sedangkan Menjes  biasanya dikonsumsi sebagai pendamping rawon. Terbuat dari minyak kacang tanah. Ampasnya yang dipakai! Itulah terkadang disebut tempe yang gagal. Prosesnya juga digoreng, tak sampai kering. Ini menu Malang banget!

Satu lagi yang membuat lidahku bergoyang adalah Krengsengan. Olahan ini adalah olahan daging sapi (ada juga yang dari daging ayam). Mencicipi krengsengan ini bercita rasa khas Indonesia yang dikenal oleh orang luar, Spicy! Pedas.
(foto bozzmadyang)
Namun yang menarik dari warung Pak Sukarli ini tentang rahasia kunci kenikmatan dari menu makanannya. Apa itu? Setiap menu dijaga keasliannya dan uniknya semua menu tidak menggunakan micin alias penyedap rasa!

Bumbu dalam olahannya tetap dijaga keasliannya. Cita rasa diperoleh bukan dari penyedap rasa tapi dari racikan rempah-rempah. Tau kan rempah-rempah itu menjadi identitas khas olahan masakan tradisional nusantara.

"Kami tidak pakai micin, semua bahan untuk olahan masakan,  fresh langsung dari pasar baru kemudian diolah," jelas Sukarli di hadapan para peserta Jelajah Gizi Malang, Jumat 13 Oktober 2017, selepas makan siang.
Warung Khas Jawa. (foto bozzmadyang)
Bagiku itu nilai plus, bahwa kepiawian meracik rempah-rempah tetap dipertahankan di Warung Khas Jawa ini, bukan mengandalkan micin, penyedap rasa. Aku pikir dengan rempah-rempah sedemikian rupa maka nilai gizi dari menu olahan tetap alami dan sehat. Olahan yang tentu lebih aman dibanding memakai micin.

Setelah mencicipi dan makan siang di warung ini, sesuai banget dengan lidahku, lidah asli Wonogiri, Jawa Tengah ini hehee. Nilai rasa 8,5/10. Acung jempol untuk Pak Sukarli dan Warung Khas Jawanya yang turut mempertahankan kuliner daerah Jawa, agar tetap eksis di tengah-tengah masyarakat.

Petik Apel Segar Dibawah Kewibawaan Gunung Arjuna 

Langit di cakrawala Gunung Arjuna cerah menyambut, saat rombongan Jelajah Gizi Malang tiba di Kusuma Agrowisata. Sebuah lokasi wisata perkebunan yang beken. Jujur baru kali ini aku menginjakkan kaki di perkebunan apel ini. Patung jago berbayang kewibawaan Gunung Arjuna di kejauhan seakan berkata selamat datang.

Di bawah terhampar hijau pepohonan, perkebunan. Dan ternyata itulah perkebunan apel bersanding dengan perkebunan lainnya seperti buah naga, stroberi yang subur diantara udara sejuk pegunungan.

Naik suttle yang tersedia kami diantarkan ke pabrik pengolahan apel dan perkebunan. Tak jauh. Sayangnya pabrik sudah tutup, kesorean ternyata kita. Tapi masih untung kami bisa masuk bagian depan pabrik.

Sejurus memandang peralatan pengolahan, tabung-tabung berukuran besar yang tak dioperasikan.  Di pabrik inilah apel diolah menjadi beragam olahan yang siap dikonsumsi.
Petik apel. (foto bozzmadyang)
Petik apel! Itu pengalaman mengasyikkan. Di hamparan kebun apel yang sudah siap petik, bebas pilih. Ada apel manalagi, apel ana dari Israel dan lainnya. Apel manalagi lebih kecil ukurannya tapi rasanya manis. Lebih manis dari apel ana yang berukuran lebih besar.

Jujur sebenarnya apel bukan buah favoritku. Namun saat di perkebunan Kusuma Agrowisata ini aku harus berbuah pikiran.

“Apel itu banyak manfaatnya, kaya antioksidan, sangat baik dikonsumsi,” kata Prof Ahmad di sela-sela petik apel.
Bareng Prof Ahmad. (foto bozzmadyang)
Ya manfaatnya banyak ternyata. Apel disebut-sebut mampu mengatasi diabetes dan bagus untuk pencernaan. Apalagi apel seperti di perkebunan Kusuma Agrowisata yang merupakan perkebunan organik. Namun sebelum dikonsumsi sebaiknya buah tetap dicuci air bersih, minimal bisa membebaskan dari kotoran yang menempel di kulit buahnya.

Menikmati apel dan suasana perkebunan yang terhampar dengan budidaya buah apel dan lainnya membersitkan akan sebuah udara bersih dan sehat. Hidup yang setiap hari bersanding dengan polusi ibukota, udara panas, hilang mesti sesaat.

Kesadaran tentang taman hijau, hutan kota dan kesegaran udara mengusik benak. Mungkin bisa kumulai ‘hijau’ dari rumah sendiri, dengan tanaman bunga ataupun buah. Kenapa tidak? 

Foto cover: Peserta Jelajah Gizi Malang (foto Dadang)

BERSAMBUNG

Tulisan ini ditayangkan juga di www.sarihusada.co.id dengan judul: Jelajah Gizi Malang, Jelajah Menjaga Eksistensi Kuliner Warisan Negeri (1)
 
@bozzmadyang

Tarian Rasa Chicking Ayam Top Dubai


MENU OLAHAN ayam siapa sih yang gak suka #MadYanger? Banyak resto yang menyajikan menu olahan ayam. Baik itu olahan yang digoreng, bakar, panggang dan lainnya. Menu fast food dengan rasa yang ditawarkan berbeda-beda. Sesuai dengan gaya olahan dari tempat asalnya, seperti Western, Eropa atau pun Asia. 

Lalu bagaimana kalau olahan ala Timur Tengah? Dengan racikan khas rempah-rempah yang dominan? Nah menyantap olahan ayam gaya Timteng ini diwakili oleh resto Chicking Ayam Top Dubai yang telah hadir di Surabaya, Jakarta dan Tangerang Selatan. 
Resto Chicking Ayam Top Dubai di Lulu Hypermart, BSD City Tangsel. (Dok BozzMadyang)
Tarian Rasa ala Timteng

Menikmati menu di resto Chicking Ayam Top Dubai, terwakili oleh Flaming Grilled Chicken dan Chiciking Rice, itu menu terlaris di yang tersedia di 100 gerai di 10 negara. Tarian rasa yang dihadirkan Flaming Grilled Chicken, menjadi menu terlaris yang tersedia di 100 gerai di 10 negara. Dinikmati bersama Chiciking Rice semakin lengkap yang menjadi menu favorit keluarga. 

Olahan ayam Flaming Grilled Chicken, ini bukan hanya mengandalkan rasa lezat dan sensasi berbeda namun juga menu sehat. Terbuat dari potongan ayam tanpa kulit paling lezat, dengan rempah halus yang menimbulkan sensasi rasa. Potongan ayam direndam dalam bumbu sedemikian rupa. Lalu dipanggang dengan sempurna, ini olahan yang lebih sehat daripada digoreng. 

Ini dia menu favorit, Grilled Chicken. (Dok bozzmadyang)
Kunci rahasia menu Flaming Grilled Chicken hingga dinikmati konsumen adalah pada kekuatan rasa. Racikan rempah-rempah dengan teknik olahan yang membuat olahan ayam ini akan menggoyang lidah dengan sensasi bak tarian perut ala Timteng. Berbeda dari olahan ayam panggang umumnya.

Ayam panggang itu tak sendirian. Dinikmati dengan Chicking Rice, racikan menu yang ‘ngArab’ banget. Berwujud nasi berwarna kuning yang sekilas mirip nasi kuning  pada umumnya. Namun beda di rasa.

Nasi yang terinspirasi dari nasi Biryani ini terbuat dari beras Arab atau beras Basmati. Olahannya menggunakan rempah-rempah khusus yang sedemikian rupa untuk menghadirkan aroma lezat dan rasa gurih menggoda lidah perasa.
Chicking Rice dan Flaming Grilled Chicken. (Dok bozzmadyang)

Cita rasa gurih Chiciking Rice ini sangat diminati lidah-lidah perasa di berbagai negara. Sebut saja India, Pakistan, Irak, Iran, Afghanistan, Bangladesh, Sri langka. Tersedia di 100 gerai di 10 negara, Chiciking Rice hadir menjadi menu favorit keluarga. 

Sebagai pelepas dahaga segelas Dubai Breeze,  sejenis mocktail hasil campuran daun mint dan irisan lemon, efek kesegaran langsung terasa.  

Menu Flaming Grilled Chicken dan Chiciking Rice itu sedikit yang disajikan oleh Chicking Ayam Top Dubai. Ada banyak varian menu lainnya yang menjanjikan tarian rasa dan sensasi berbeda.

#Madyanger bisa cicipin menu lain yang sensasional lainnya. Ada Original Fried Chicken/ ayam goreng, Big Beef Burger (100 % daging sapi murni), Tandori Burger, Royal Crunchy, Royal Wrap, Crunchy Supreme, Chick Pops.  Itu saja?

Eh ada lagi Tandoori Fries. Nah ini buat camilan yang menggoda. Kentang goreng renyah bagian luar, lembut bagian dalam, sempurna dalam potongan yang ditaburi bubuk tandoori Chicking untuk kesempurnaan flavourful.

Semua menu tersebut diolah dan diracik sedemikian rupa, agar sesuai dengan lidah orang-orang Indonesia. Meski lidah Asia dan Timteng gak jauh beda.

"Menu olahannya sudah kita sesuaikan dengan lidah kita, agar bisa dinikmati lebih mudah,"  kata Mbak Angelia Merry, Public Relation Manager Chicking Indonesia.

Eh biar lebih berasa Timtengnya, cobain juga Kopi Arab dan Teh Arabnya. Cita rasa berbeda. Bolehlah buat nambah khasanah rasa Anda.
Kopi Arab ala Chicking Top Ayam Dubai.  (Dok bozzmadyang)
Mau Cicipin Ayam Top Dubai Dimana?

Nah untuk mencicipi cita rasa Flaming Grilled Chicken, Chiciking Rice varian tersebut di atas, gak perlu jauh-jauh ke Dubai yess. Pasalnya sudah hadir di tanah air. Ya Resto HALAL Jaringan Internasional  Dubai, UEA ini sudah ada di Surabaya, Jakarta dan Tangerang Selatan. 

Gerai pertama di Royal Plaza Surabaya, Ground Floor A1-18, Jl A Yani 18, Surabaya. Di sini sudah dibuka untuk umum sejak 19 Mei 2017. Di gerai ini mendapat respon yang positif dari masyarakat. 

“Respon konsumen  bagus banget, ini yang membuat kami membuka gerai-gerai di kota lainnya,” kata Mbak Merry.
Gerai di BSD City Tangsel. (Dok bozzmadyang)
Gerai lain yang dimaksud Mbak Merry adalah  gerai di Mall Bassura – Jakarta Timur. Gerai kedua ini dibuka resmi pada Kamis 26 Oktober 2017. Gerai ketiga, yang aku kunjungi di Chicking Ayam Top Dubai Lulu Hypermarket Unit G-05 Q-Big City Mall Bumi Serpong Damai – Tangerang Selatan. Resmi dibuka untuk umum mulai Jumat, 27 Oktober 2017.

Ekspansi berlanjut dengan rencana gerai keempat di Plaza Surabaya, yang akan dibuka pada 11 November 2017. Lalu Bekasi pada akhir tahun ini. Dan ekspansi tentu akan dilakukan selanjutnya. 

PT Ayam Top Dubai sebagai pemegang lisensi Chicking Indonesia, memang menghadirkan gerai-gerainya sebagai pilihan pecinta fast food bercita rasa Timteng. Dengan hadirnya gerai itu akan membuka kesempatan khalayak luas mencicipi menu Halal nan sensasional ala Chicken Ayam Top Dubai.

Soo, aku sudah mencicipinya, kamu #madyanger kapan?

Kalau penasaran berlanjut, kepoin ajah akun sosmednya atau langsung datang di gerai-geranya. Catet neh IG: @chicking.indonesia FB: Chicking Indonesia dan www.chickingglobal.com. Its my choice.
#SalamMadyang

@bozzmadyang

Lezatnya Chicken Karage Hokben Hingga Jalan-jalan Gratis ke Tokyo! Mau?


HOKBEN tak pernah henti meluncurkan menu-menu baru untuk konsumen. Sejak awal berdiri 18 April 1985 restoran waralaba makanan cepat saji ini terus memanjakan konsumennya. Dan saat ini Hokben meluncurkan 5 menu baru yang sudah dapat dinikmati oleh konsumennya di jaringan Hokben. Pastinya aku sudah cicipin lezatnya New Tori Don Chicken Karage, salah satu menu baru Hokben. 

Nah kamu penasaran khan, gimana rasanya? Apa saja menunya? Seperti apa olahannya? Eh ada jalan-jalan gratis ke Jepang dari Hokben, Gimana cara ikutannya? Yuk cekidot tulisanku di bawah ini.

Sejak nama Hokben berkibar dengan panji-panji menu makanan Jepang, Hokben semakin dikenal luas dengan 150 gerainya. Menunya yang sudah mendapat sertifikat halal sejak 2008 semakin membuat tak ragu untuk menikmati menu ala Jepangnya.

Aku mengenal Hokben sudah lama. Selalu ingat sambutan khas saat masuk ke gerai Hokben dari karyawan, dengan sikap yang sopan. Mengucapkan salam, lalu mempersilakan memesan makanan. Itu menjadi bagian filosofi Welcoming Halo pada setiap pelanggan yang datang. Sebagai gerai makanan, Hokben dirancang cocok untuk keluarga, orang dewasa, anak-anak, juga rekan ataupun kawan. #nongkronkasikdihokben

Dulu sejak masih bernama Hoka Hoka Bento, sering traktir keponakan di kala liburan sekolah. Yaa, dia datang dari jauh, kampung di Jawa Tengah dan mengisi waktu liburan ke Bogor. Nah menu Hokben inilah yang menjadi pilihannya. Sekalian nongkrong asyik katanya. #hokbenasik.

Seperti halnya aku, dia sangat suka dengan nasi Hokben. Nasi yang khas, ‘pulen’ dan bersih dengan rasa nikmat. Serius, nasinya khas banget!

Lalu apa aja menu baru Hokben itu? 

Ada menu Tokyo Bowl, New Tori Don dengan 5 pilihan yang pastinya mengundang selera. Ini dia namanya, Tori Soboro, Gyu Soboro, Chicken Steak, Chicken Katsu Tare dan Chicken Karage. Dibandrol antara Rp. 27 ribu – Rp. 37 ribu dengan free Ocha, minuman menyegarkan. #hokbenenak
New Tori Don Hokben. Foto BozzMadYang.
Kelima menu itu olahan daging ayam dan sapi. Menu New Chicken Steak berkomposisi daging ayam panggang tanpa tulang dipotong-potong. Ada taburan nori atau rumput laut. Menu ini ada 2 pilihan loorr. Original Chicken Steak dan Hot Chicken Steak. Bedanya?
Foto Bozz MadYang
Original Chicken Steak dinikmati dengan saus teriyaki khas HokBen. Rasa manis dan gurih. Sementara Hot Chicken Steak dibumbui Saus Miso khas Jepang, menghadirkan rasa pedas berselera.

Menu lainnya, New Chicken Katsu Tare ini olahan daging ayam, dipotong-potong. Dinikmati dengan saus tare khas HokBen yang disajikan di atas semangkuk nasi.

New Chicken Karage olahan daging ayam dengan taburan rumput laut dan daun bawang diatas nasinya. Aku cicipin menu ini rasanya tak mengecewakan. Daging ayamnya empuk, gurih dan renyah dengan mayonaise khas HokBen. Satu porsi sudah pas untuk orang dewasa. Cocoklah untuk menu family.

Foto Bozz MadYang
Tori Soboro olahan daging ayam cincang dengan Teriyaki Soboro, saus teriyaki khas HokBen. Disajikan di atas semangkuk nasi dan kremesan dengan topping potongan rumput laut dan daun bawang.

Menu Gyu Soboro, menu kelima ini beda. Olahan dari daging sapi cincang. Dipadu dengan saus teriyaki khas HokBen yang disajikan di atas semangkuk nasi. Pastinya ada topping potongan rumput laut dan daun bawang. Melihat tampilannya bikin ngilerrr!

Cara Cepat Temukan Lokasi Hokben 

Baru satu menu baru yang aku coba. Pastinya pengen menikmati menu lainnya. Untungnya kalau di ibukota gerai Hokben banyak. Dan aku yang berdomisili di kawasan Grogol, tau beberapa gerai Hokben terdekat ada di Tanjung Duren dan Central Park Jakarta Barat. Wokelah, ga jauh kalau kangen menu Hokben. Sooo gampang banget kalau mau hunting menu Hokben. Laah kok bisa tau lokasi gerainya?

Simple saja sih, karena Hokben memberi kemudahan untuk menemukan lokasi gerai melalui situsnya www.hokben.co.id dan Hokben Apps. Di situ kita tinggal cari saja di kategori Lokasi Outlet. Pencarian cepat bisa dilakukan sesuai lokasi kita berada. Simple kan? 
Foto BozzMadYang.
Nah jika kamu menikmati menu Hokben jangan lupa foto-foto dulu yes. Selfie, welfie apapun itu boleh. Soalnya ada kejutan dari Hokben! Kamu bisa berkesempatan jalan-jalan ke Tokyo Jepang!

Hokben menggelar Special Offer Pay 2 get 3 Tokyo Bowl! Jadi kamu beli 2 paket menu Tokyo Bowl, akan dapet free 1 paket menu. Bayar 2 dapet 3 menu. Asyikkk kan!

Posting juga foto atau video keseruanmu saat makan di HokBen Tokyo Bowl, jangan lupa sertakan struk pembeliannya. Lalu posting dengan hastag #Hokben dan #HokbenTokyoBowl  lalu mention teman-temanmu. Cek S&K berlaku di akun social media Hokben. Neh akun sosmed Hokben lengkap di bawah ini. 


Simple toh, ada 10 tiket (5 pemenang mendapat 2 tiket) gratis ke Tokyo yang diperebutkan! Ayo ikutan promo berlangsung sampai 30 Oktober 2017. Siapa tahu beruntung!

Wah mau ajak keponakan dan saudara ke Hokben, biar tak melewatkan menikmati menu baru yang  kujamin akan jadi menu kesayangannya. Cuuzzz!

@bozzmadyang

#hokben #hokbentokyobowl #hokbenenak #hokbenasik #nongkronkasikdihokben