Seberapa banyak nama-nama kuliner tradisional yang dikenal? Seberapa
banyak orang menyukai cita rasa kuliner tradisional? Bisa jadi banyak atau
sebaliknya.
Kuliner tradisional adalah budaya. Budaya adalah sejarah.
Sejarah itu sebuah peradaban. Merawat eksistensi kuliner tradisional adalah
menjaga peradaban, mengenal sejarah budaya sendiri.
Deretan nama-nama kuliner tradisional nusantara telah banyak
yang popular. Populer bukan hanya di dalam negeri bahkan menembus ke
mancanegara.
Sebut saja Gudeg
Yogyakarta, Lunpia Semarang, Nasi Tumpeng, Nasi Liwet Solo, Laksa Bogor, Mie Aceh,
Tahu Telur Surabaya, Tekwan, Soto Betawi, Sate Lilit Bali, Rendang Padang, Sate
Ayam Madura, Sate Maranggi Purwakarta, Serabi Bandung, Ikan Papeda Papua, Bir
Pletok Betawi, Kerak Telur Betawi dan masih banyak lagi.
Menu-menu tradisional yang dikenal luas di nusantara. Tak
jarang menyebut kuliner tradisional itu dengan sebutan kuliner nusantara.
Maknanya jelas, itu budaya kuliner bangsa Indonesia.
Nama-nama menu yang lekat dan beberapa masih bisa ditemui
dengan mudah. Tentu saja karena ada yang menjadi bahan makanan pokok di daerah
bersangkutan. Seperti gudeg yang masih menjadi konsumsi makanan daerah
Yogyakarta. Nasi Liwet Solo, Sate Ayam Madura, Bubur Manado dan lainnya yang
menjadi menu keseharian bahkan bukan hanya di daerah asal menu kuliner itu,
tapi meluas ke daerah lainnya.
Selain itu banyak yang menjadi komoditas bisnis dengan
beragam merek namun sama dalam menu olahan nangka sedemikian rupa mengangkat
nama Gudeg Yogyakarta. Begitu pula yang terjadi pada menu Sate lilit Bali, Tahu
Telur Surabaya, Mie Aceh, Nasi Liwet Solo dan lainnya.
Sebagai komoditas bisnis
secara otomatis tumbuh dan terawatt kelestariannya di tengah-tengah masyarakat.
Itu menjadi penting untuk menjaga eksistensi kuliner tradisional tidak mati,
punah. Menjadi garis turun temurun yang dikenal anak dan cucu. Bukankah kuliner
itu budaya? Budaya yang terbentuk dan dibentuk leluhur sesuai adat istiadatnya?
Berkembang di era zaman yang terus bergulir. Kuliner
tradisional bertahan dalam gempuran kuliner asing yang menyerbu pasar bisnis
kuliner nusantara. Eksistensinya menjadi perlu dan penting. Tumbuhnya bisnis
kuliner dengan mengusung kuliner nusantara menjadi salah satu sarana kuliner
nusantara tetap eksis. Menjadi alternatif menu-menu yang dicipi siapa
saja, dari generasi apa saja. Termasuk generasi
milenial, generasi Z dan generasi yang akan datang.
Mengikuti perkembangan zaman, maka kemasan bisnis kuliner
menjadi salah satu kunci agar tetap dilirik pasar zaman now. Bagaimana sebuah
bisnis kuliner bisa diterima masyarakat luas meski mengemas kuliner daerah yang
tak jarang generasi muda memandang sebelah mata.
Jadi menarik yang dilakukan oleh mereka, pebisnis kuliner
yang mengusung kuliner tradisioanl di tengah masyarakatnya. Tak sedikit yang
sukses dan bahkan menjadikan menu kuliner daerah itu ikon bisnisnya. Seperti
pelaku bisnis yang mengusung kuliner Betawi di ibukota. Seperti Warung Makan
Mak Dower di Jakarta Timur, Wir Santoso, pelaku bisnis kuliner Soto Susu Betawi
di Jakarta Barat, Haji Husein dengan Soto Betawi di Manggarai Jakarta Selatan, dan masih banyak lagi.
Menarik apa yang dilakukan salah satu warung makan yang
mengusung kuliner Betawi, yakni Warung Makan Mak Dower dengan ragam kuliner
Betawinya. Warung itu menyelaraskan kuliner yang disediakan dengan sentuhan
nama menarik dan unik. Jelas ini menarik perhatian dan membuat penasaran bagi
siapa saja untuk mencobanya.
![]() |
Cue ngacir menu kuliner Betawi Warung Mak Dower. (Foto Bozz Madyang) |
Menu uniknya itu seperti tulang jambal sewot, cue ngacir,
tutut ngibrit, genjer centil, cumi lenong, udang lenjeh, jengkol nampol, sayur
asem demplon, es ondel-ondel dan masih banyak lagi. Nama yang membuat tersenyum
bagi yang mendengarnya. Namun sajiannya tetaplah olahan resep kuliner Betawi.
Lalu jika ada pertanyaan tentang cita rasa kuliner tradisional
itu, apakah otentik seperti masa dahulu. Sebuah pertanyaan sulit. Budaya
kuliner yang terus berkembang di era zaman yang berganti, mempertahankan bahkan
menggali dokumen-dokumen sejarah.
Terkait sejarah kuliner tradisional nusantara, patut
menyebut nama Wira Hardiyansyah, seorang chef yang mengangkat resep tradisional.
Chef yang suka menuliskan ‘kisah kuliner’ di instagramnya @wirahardiyansyah ini
begitu mencintai kuliner Indonesia. Wira mengaku sudah memasak di banyak negara,
namun menurutnya tak ada yang seperti di Indonesia.
![]() |
Wira Hardiyansyah. (Foto Bozz Madyang) |
Wira bukan saja memasak aneka resep kuliner tradisional ‘yang
terlupakan’, namun berupaya mencari dokumentasi sejarah kuliner bersangkutan. Dia
ingin masyarakat sekarang bisa mencicipi kuliner tradisional mirip dengan
aslinya, persis seperti kala kuliner itu berawal ada. Dan tentu itu sangat tak
mudah, seiring kreasi yang menyertai olahan kuliner itu dari zaman ke zaman.
Wira mencontohkan menu ‘Gegejek’ khas Sunda. Menu yang
sederhana dari olahan singkong yang ternyata memiliki sejarah tersendiri. Siapa
kenal Gegejek? Olahan sederhana ini muncul pada abad 15-16 silam. Menu yang
tumbuh di masyarakat dengan mengolah singkong bercampur teri, daun bawang, cabe
ini adalah racikan budaya leluhur Sunda.
![]() |
Gegejek karya Wira Hardiyansyah. (Foto Bozz Madyang) |
Senada dilakukan Chef Bli Romi Candra, chef menu kuliner
Bali. Begitu agungnya kuliner Bali, yang ternyata sudah mengalami perubahan
dari zaman ke zaman. Untuk mendapatkan menu kuliner Bali yang mirip di masanya
tentu bukan hal yang mudah.
Ada sekitar 30 rempah yang diracik untuk bumbu
masakan Bali. Inilah yang disebut-sebut membuat makanan Bali itu menjadi
otentik. Namun kreasi dan kemasan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu
yang bertujuan membuat lebih menarik, tak sedikit yang membuat salah kaprah.
Jadi merawat kuliner tradisional adalah menjaga budaya turun
temurun. Sekarang setiap orang bisa mencicipi kuliner tradisional bahkan bukan
saja dari daerahnya namun kuliner dari daerah lainnya. Seyogyanya mencintai
kuliner tradisional dengan menjadi penikmatnya adalah dasar dari menjaga
eksistensi kuliner tradisional. Jadi tetaplah menikmati dan mencintai kuliner
nusantara. Salam Kuliner #Madyanger
@bozzmadyang
No comments:
Post a Comment