Berwisata. Kulineran
dengan ragam kelas. Nikmat aneka jajanan. Mereguk aroma diantara gedung-gedung
berarsitektur bersejarah di kawasan warisan era kolonial Belanda. Kota Tua selalu
menarik dengan plus minusnya.
Ragam Jajanan Kaki
Lima Kota Tua
Kalau kamu lewat Jl. Kunir, kawasan Kota Tua di Jakarta,
saat jelang malam, kamu akan lihat pemandangan keramaian kaki lima. Jajanan
pinggiran jalan yang bergeliat seiring datangnya sore, yang menambah warna
penjual-penjual yang eksis sejak pagi hari.
Mereka pengais rezeki di kala malam. Menggelar lapak-lapak
makanan di pinggiran jalan. Menjadi pelengkap jajanan dengan ragam kelas. Tak sedikit
orang-orang prefer dengan jajanan yang ‘guyub’ digelar berdesakan memakan bahu
jalan.
Ada nafas-nafas kehidupan yang bergantung di situ. Ada pejalan yang mereguk nikmat jajanan di situ. Ada pula yang sekadar mencari penawar lapar setelah lelah mengitari kota lama, Batavia.
Penjual jajanan pingiran jalan di Jl. Kunir menyatu dengan
penjual lapak lainnya. Membentang di kanan jalan dan batas tengah jalan. Jalan
di sini searah. Ada halte trans Jakarta. Saat malam tiba, batas tengah sederet
halte itu menjadi lokasi penjuala makanan. Bakso, nasi goreng, mie ayam, telur
gulung, sate dan banyak lagi.
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
Bakso, pecel lele, sate, kacang rebus, telur gulung semua
ada. Ciri khasnya adalah dengan gerobak yang mangkal di tepian jalan. Tak
ketinggalan jajanan legendaris, nasi pecel. Bedanya penjual nasi pecel di sini, menggelar
tikar.
Aneka bahan komposisi pecel ditaruh di dalam baskom. Dedauanan, toge,
plus goreng tempe, bakwan dan lainnya. Sayang gak ada daun turi-nya, seperti
yang biasa ada di pecel Beringharjo Jogjakarta. Ya, mungkin susah nyarinya di
ibukota. Harga Rp. 15 ribu.
Namun malam itu, cuaca gerimis membuatku enggan mencicipi
pecel. Aku lebih mencari jajanan yang hangat-hangat saja. Lebih cocok.
Pilihannya juga banyak.
Takoyaki, telur gulung, jagung rebus, kedelai rebus, nasi
goreng, sate, bakso, mie ayam dan banyak lagi. Sudah malam, jadi gak perlu
makan berat. Ngemilin ajalah takoyaki. Rp. 10 ribu dapat 6 biji. Sama dan
sebangun dengan telur gulung harga dan porsinya.
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
Tak kalah menggoda, aneka sosis. Banyak ragamnya. Rerata dijual
RP. 5000. Satu jenis berukuran jumbo yang
diharga Rp. 10 ribu.
Aku lebih tertarik dengan penjual jagung dan kedelai rebus.
Kepulan asap putihnya lamat-lamat mengurai. Sebiji jagung Rp. 10 ribu. Sebiji
maksudku satu buah jagung loor. Bukan sebijian jagung. Kalau kedelai rebus,
seikat RP. 8000. Lumayan ngemil
sambil ngobrol, soalnya “nitilin’ lama habisnya.
Kulineran Beraroma
Kolonial
Tau kan, banyak yang datang ke Kota Tua dari berbagai
kalangan masyarakat. Dari kalangan bawah sampai menengah ke atas. Lokasi cari
makan pun beragam. Banyak café dan tempat makan dengan ragam kelas. Café-café unik
kelas menengah ada. Makanan yang harga lebih mahal lagi juga ada.
Sementara kalangan bawah, tersedia makanan di warung ataupun
pinggiran jalan. Rerata ramai. Bahu pinggiran jalan banyak terpakai untuk lapak
jualan makanan. Lokasi para penjual jajanan di kawasan Jl. Kunir termasuk padat
dan ‘rapat’. Namanya juga banyak penjual apalagi di kawasan yang menyimpan
banyak spot wisata, dikunjungi banyak orang. Kalau kamu pernah lewat di situ, taulah
kondisinya.
Sementara selalu ada bus trans Jakarta yang selalu lewat. Saat
bus lewat, kudu perlahan-lahan. Jalan menyisakan sedikit ruang untuk pejalan. Jadi
sabar aja ya, jalan-jalan pilih makanan di situ.
Sementara kalau di area Jl Kali Besar Timur, lebih asyik. Diantara
gedung-gedung lama, lokasi ini terasa lebih lega. Area banyak digunakan untuk lokasi
parkir kendaraan, roda dua dan roda empat. Ehh andong juga parkir dimare. Di
sini banyak spot foto-fotonya. Banyak ragam model ‘berbayar’ mencari rezeki dimare.
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
![]() |
Jajanan kawasan Kota Tua Jakarta Barat. (Foto Bozz Madyang) |
Ada spot-spot tertentu untuk kulineran. Meski tak banyak.
Paling asyik ya, di atas jembatan Kali Krukut. Nikmati pecel dan ngamparlah di
situ. Di abwah lampu-lampu dan gedung-gedung lama, berasa banget aroma masa
kolonialnya. Gak percaya coba aja
sendiri haha.
Kulineran sembari menikmati tenangnya air Kali Krukut di
malam hari bernaung lampu-lampu. Cakep. Mau bareng genk, keluarga atau buat
pacaran, asyik wes. Haha.
Kalo kompasianer Lisa Moningka yang suka guide turis ke Kota
Tua, bilang di atas air Kali Krukut dulu
zaman mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama tuh, dikonsepkan ada tempat
untuk panggung hiburan. Jadi bisa menjadi lokasi pengunjung menikmati sajian
hiburan, plus magnet untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Soo, kamu tertarik maen di Kota Tua saat malam hari? Aku sih
iyesss!
@bozzmadyang